Cerpen: Kepincut Uang 10 Ribu, Habislah Uangku.
Orang mengenalku dengan sebutan Desi Kartikasari. Aku adalah anak perempuan nomor empat dari enam bersaudara. Aku dididik agama sejak kecil, dan di lingkunganku sendiri kebetulan mayoritas masyarakatnya beragama Islam, lebih-lebih tempat tinggalku dekat dengan masjid. Aku sempat kuliah di perguruan tinggi swasta, dan keinginanku setelah selesai kuliah adalah segera mendapat pekerjaan. Sebab, aku ingin memberikan sesuatu kepada orang tua dan adikku. Sejak saat itu, mulailah aku mencari pekerjaan, dari yang namanya sales atau SPG sampai kepada pekerjaan lainnya. Aku tidak merasa malu karena pekerjaan ini adalah halal.
Suatu ketika, aku ingin berubah dan mencari pekerjaan lain. Aku mulai membaca surat kabar atau koran, hingga akhirnya aku mengajukan lamaran pekerjaan pada sebuah perusahaan swasta yang ada di Jakarta. Alhamdulillah, aku mendapat surat panggilan. Dengan tekat bulat dan izin orang tua, aku ternyata hams berangkat ke Semarang. Sebab, perusahaan yang memanggilku memiliki kantor cabang di Semarang, dan aku musti bolak-balik dari Purwokerto ke Semarang.
Dengan uang saku yang pas-pasan, aku tetap berangkat untuk wawancara terakhir. Disinilah awal peristiwa itu terjadi. Sore itu, aku naik bus ekonomi ke Semarang. Entah ada setan dari mana atau setan jenis apa yang merasukiku. Saat itu, duduklah seorang pak tua di depanku, dan tiba-tiba aku melihat uangnya jatuh persis di depanku, sepuluh ribu. Sebenarnya aku mengetahui kejadian itu, tetapi aku tidak mau memberitahukannya. Sungguh...,
Aku benar-benar telah terbujuk rayuan setan, aku justru mengambil uang itu dan aku masukan ke sakukku. Kulihat, pak tua itu mencari-cari uangnya, tetapi aku pura-pura tertidur dan membiarkan dia turun dari bus dengan meraba-raba saku celananya. Pikirku, "Ah... lumayan bisa buat nambah ongkos jalan".
Ternyata, Allah membalas perbuatanku dengan cara yang semestinya. Saat aku pura-pura tidur, akhirnya aku tertidur beneran hingga kebablasan alias kelewatan jauh dari ternpat yang seharusnya aku turun. Di bus itu, hanya tinggal beberapa penumpang saja. Aku bertanya pada penumpang disampingku, "Terminal Klepu mana, Mas...?" Orang tersebut menjawab, "Aduh Mbak, sudah kelewat jauh.."
Aku terpaksa turun di sembarang jalan, padahal jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku takut sekali melihat lalu lintas yang sudah sepi dan tidak ada lagi angkutan. Akhirnya, aku harus naik taksi. Si supir taksi meminta uang Rp 30.000,-. Sebab, alamat saudaraku masih jauh. Seketika itu pula, aku jadi ingat akan uang pak tua yang aku ambil Rp 10.000,-. Jadi, hilanglah 30.000 uangku yang semestinya tidak aku keluarkan.
Dalam perjalanan malam itu, aku merenung. Penyesalan lain yang meliputi diriku. Ini adalah hukuman dari Allah SWT dan peristiwa ini memberikan gambaran kepada kita bahwa kita tidak boleh mengambil sesuatu yang bukan hak kita. Semoga ini bisa dijadikan renungan dan pelajaran diriku dan bagi Anda sekalian. Sekian.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar