--> Skip to main content

follow us

Cerita Rakyat Aceh : Putri Niwer Gading


Cerita Rakyat Provinsi Nangro Aceh Darusalam
"Putri Niwer Gading"
Kategori : Dongeng

Setiap daerah di Indonesia memiliki latar belakang sebuah cerita legenda bahkan mitos yang begitu melekat sekali di kalangan masyarakat, sehingga sampai bergantinya generasi demi generasi pun cerita-cerita itu masih melekat.

Seperti Provinsi Nangro Aceh Darusalam sendiri memiliki salah satu cerita rakyat yang menceritakan kisah seorang putri dalam kerajaan yaitu Kisah "Putri Niwer Gading". Dan saat ini sengaja kami angkat kembali kisahnya di blog ini untuk mengenalkan pada generasi baru supaya mengenal bentuk sastra lama peninggalan nenek moyang terdahulu.

Kisah Putri Niwer Gading ini di angkat dari buku kumpulan cerita Rakyat 33 provinsi dari Aceh sampai Papua. Tidak ada maksud lain selain untuk menebar hikmah yang terkandung di dalamnya. Semoga lewat cerita ini kita bisa mengutip hikmah ataupun pembelajaran untuk kita terapkan dalam kehidupan yang akan di lalui kedepannya.

Al kisah, dahulu di Negeri Alas termasuk wilayah Nangro Aceh Darussalam, ada seorang raja yang bijaksana dan dicintai rakyatnya. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana, sehari-hari pikirannya dicurahkan untuk memajukan negeri dan kemakmuran rakyatnya.

Namun sayang sang raja tidak mempunyai putera. Mereka sedih, atas nasihat orang pintar raja dan permaisuri kemudian tekun berdo’a sambil berpuasa. Beberapa bulan kemudian permaisuri mengandung. Setelah sampai waktunya melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Amat Mude.

Belum genap setahun umur Amat Mude, ayahnya meninggal dunia.

Karena Amat Mude masih bayi maka adik sang raja atau paman (Pakcik) Amat Mude diangkat menjadi raja sementara.

Pakcik itu bernama Raja Muda. Setelah diangkat menjadi raja ia malah bertindak kejam kepada Amat Mude dan ibunya.

Mereka diasingkan ke sebuah hutan terpencil. Raja Muda ingin menguasai sepenuhnya kerajaan yang sesungguhnya menjadi hak Amat Mude..

Walau dibuang jauh dari istana permaisuri tidak mengeluh, ia terima cobaan berat itu dengan sabar dan tabah. Ia besarkan Amat Mude dengan penuh kasih sayang. Tahun demi tahun berlalu, tak terasa Amat Mude tumbuh menjadi anak yang cerdas dan tampan.

Amat Mude suka memancing ikan di sungai. Pada suatu hari, permaisuri dan Amat Mude pergi ke sebuah desa di pinggir hutan untuk menjual ikan. Tanpa disangka, ia bertemu dengan saudagar kaya. Ternyata ia bekas sahabat suaminya dulu.

“Mengapa Tuan Putri dan Putra Mahkota berada di tempat ini?” tanya saudagar itu keheranan.


Permaisuri menceritakan semua kejadian yang telah menimpanya. Mendengar hal itu, sang saudagar segera mengajak mereka kerumahnya dan membeli semua ikannya. Setiba di rumah, saudagar itu menyuruh istrinya segera memasak ikan tersebut. Ketika sedang memotong perut ikan, sang istri merasa heran karena dari perut ikan itu keluar telur ikan yang berupa emas murni.

Kemudian, butiran emas tersebut dijual kepasar oleh istri saudagar. Uangnya ia gunakan untuk membangun rumah permaisuri dan putranya. Sejak saat itu, permaisuri dan putranya telah berubah menjadi orang kaya berkat telur-telur emas dari ikan. Cerita tentang kekayaan permaisuri dan putranya sampai ketelinga Raja Muda.

Pada suatu hari, Raja Muda memanggil Amat Mude ke istana. Ia memerintah Amat Mude memetik kelapa gading untuk mengobati penyakit istri Raja Muda, di sebuah pulau yang terletak di tengah laut. Konon, lautan di sekitar pulau itu dihuni oleh binatang-binatang buas. Siapapun yang melewati lautan itu pasti celaka.


Raja Muda mengancam Amat Mude jika tidak berhasil, ia akan dihukum mati. Tapi, Amat Mude tak peduli dengan ancaman itu. Niatnya tulus hendak menolong istri Raja Muda. Ia pun segera berangkat meninggalkan istana.

Setibanya di pantai, ia duduk termenung. Tiba-tiba, muncul di hadapannya seekor ikan besar beranama Si Lenggang Raye, didampingi oleh Raja Buaya, dan seekor Naga Besar.

Singkat cerita, Amat Mude telah menemukan pohon kelapa gading dengan bantuan Silenggang Raye, Raja Buaya, dan seekor naga. Selanjutnya, Amat Mude memanjat pohon. Ketika sedang memetik buah kelapa gading, tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan.

“Siapa pun yang berhasil memetik buah kelapa gading, dia akan menjadi suamiku.”
“Siapakah Engkau?” tanya Amat Mude.
“Aku Putri Niwer Gading,” jawabnya suara dari bawah pohon kelapa.

Amat Mude cepat-cepat memetik kelapa gading. Setelah turun dari atas pohon kelapa. Alangkah takjubnya Amat Mude melihat kecantikan Putri Niwer Gading. Akhirnya, Amat Mude pun mengajak sang putri pulang ke rumahnya untuk dipersunting. Setelah menikah, Amat Mude beserta istri dan ibunya berangkat ke istana untuk menyerahkan kelapa gading.

Kedatangan Amat Mude membuat Raja Muda terheran-heran. Orang yang berhasil melewati rintangan dipulau angker pastilah orang sakti. Ia tidak mau main-main lagi. Kini tidak alasan untuk menghukum mati keponakannya itu.

Akhirnya Raja Muda sadar akan kesalahannya. Ia memohon maaf kepada permaisuri dan Amt Mude. Beberapa hari kemudian Amat Mude dinobatkan menjadi Raja Negeri Alas.

Ketika musibah yang terjadi diperlukan kesabaran dan ketabahan. Dan dengan bekerja keras kita akan sampai pada perbaikan nasib. Tamat.

Kami mengucapkan terimakasih untuk semua sumber yang telah memberi kesempatan untuk bisa membantu menjaga cerita atau sastra lama untuk tetap ada dan turun temurun dari generasi ke generasi. Semoga lewat Kisah Putri Niwer Gading yang berasal dari Daerah Nangro Aceh Darusalam ini bisa memberi pelajaran, hikmah, inspirasi, dan juga motivasi untuk semua pembaca, dan yang paling penting bisa tetap terjaga keutuhannya dari kepunahan di Negeri ini.

You Might Also Like:

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar