Cerita Rakyat Bengkulu : Ular N'Daung dan Putri yang Baik Hati ini termasuk kategori dongeng. Diangkat dari kumpulan Cerita Rakyat 33 Provinsi. Walaupun temasuk kategori dongeng, namun banyak sekali nilai-nilai kebaikan yang bisa di ambil dari kisah ini. Baik, silahkan simak saja kisah cerita selengkapnya.
Dahulu kala, di Bengkulu hidup seorang janda tua dengan tiga orang anak perempuannya. Mereka hidup sederhana bahkan seringkali merasa kekurangan, dan tinggal di sebuah gubuk sederhana. Untuk memenuhi kebutuhannya, mereka mengandalkan penjualan hasil kebun yang seadanya.
Suatu hari, wanita tua itu menderita sakit keras. la tidak lagi dapat bekerja mengolah kebun dan menjual hasil kebun itu ke pasar. Kini pekerjaannya digantikan oleh ketiga anak perempuannya.
Sudah berbagai tabib di panggil untuk mengobati penyakit sang ibu, tapi tidak satu pun yang berhasil menyembuhkannya. Hingga akhirnya, datang seorang peramal menemui ketiga anak perempuan wanita tua itu. Peramal itu berkata, "Hanya ada satu cara untuk menyembuhkan penyakit ibu kalian, yaitu dengan memberikan obat husus yang terbuat dari daun-daunan hutan yang dimasak dengan rara gaib. Untuk mendapatkan bara gaib ini memang sulit, kalian harus mencarinya di puncak gunung."
"Apakah tidak ada cara lain untuk kami mendapatkan bara gaib itu. wahai peramal?" tanya salah seorang anak. "Tidak ada. Dan satu lagi yang perlu kalian tahu. Konon, puncak gunung yang mengandung bara gaib itu dijaga oleh seekor ular gaib yang sangat besar dan menyeramkan, " ucap sang peramal.
Betapa kecewanya ketiga anak perempuan itu mendengar ucapan sang peramal. Ular gaib yang menjaga bara gaib itu menurut para penduduk desa, akan memangsa siapa pun yang berusaha mendekati puncak gunung tersebut. Anak-anak perempuan itu hanya diam membisu. Tak ada yang berani pergi ke puncak gunung. Tapi si Bungsu..... melihat penderitaan ibunya, hatinya teriris-iris. la nekad keluar rumah untuk mencari obat bagi ibunya. Kedua kakaknya bukannya mendukung malah mengolok-oioknya.
Dengan susah payah ia masuk ke hutan. Setelah mendapat ramuan dedauan kini ia mulai naik ke gunung untuk mencari bara gaib. Banyak rintangan yang harus dilalui, tanah dan bebatuan yang semakin miring dan curan membuat tenaganya terkuras.
Ketika hampir sampai di puncak gunung, hatinya semakin miris. Rasa takut menyelimuti dirinya. Sebab ia harus melewati kediaman ular n'Daung terlebih dahulu. Goa tempat tinggal ular n'Daung sungguh menyeramkan. Pohon-pohon di sekitar goa besar-besar dan berlumut. Daun-daunnya yang rimbun menutupi sinar matahari sehingga tempat itu menjadi temaram agak gelap.
Belum habis rasa takutnya....tiba-tiba terdengar suara gemuruh dan raungan keras. Membuat tanah yang di pijaknya bergetar. Si Bungsu makin takut. Beberapa saat kemudian ia melihat seekor ular besar berada di hadapannya. Sorot matanya tajam, lidahnya menjulur berulang-ulang.
Demi ibunya ia memberanikan diri, "Wahai ular yang baik hati. Bolehkah aku meminta sebutir bara gaib? Bara itu akan kugunakan merebus obat untuk ibuku yang sedang sakit keras."
Tak dinyana ular itu menjawab dengan ramah,"Baiklah....aku akan memberimu bara gaib, tapi dengan satu syarat. Kamu harus rnau menjadi istriku.....!"
Si Bungsu menyanggupi syarat itu demi kesembuhan ibunya. la pulang membawa obat bagi ibunya. Setelah meminum obat itu ibunya seketika sembuh. Si Bungsu merasa bahagia.
Tapi ia harus memenuhi janjinya. Esok harinya ia pergi ke puncak gunung untuk menemui ular n'Daung. Saat tiba di goa ular n'Daung hari sudah malam. Alangkah terkejutnya si Bungsu karena ia melihat ular n'Daung berubah menjadi seorang pangeran yang berwajah tampan.
"Wahai pangeran benarkah kau ini jelmaan ular n'Daung penjaga bara gaib?" tanya si Bungsu.
"Benar....akulah si ulan n'Daung. Namaku Abdul Rahman Alamsyah. Aku telah disihir oleh pamanku. Aku rnenjadi ular hanya di waktu pagi saja, jika malam aku bcrubah rnenjadi manusia lagi. Pamanku berlaku curang, ia ingin merebut tahtaku dan menjadi raja." kata Pangeran.
Sementara itu kedua kakak si Bungsu penasaran. Mengapa si Bungsu bisa selamat membawa bara gaib. Diam-diam mereka menyusul ke goa ular n'Daung.
Alangkah kagetnya mereka, ternyata si Bungsu sedang berbincang-bingang dengan seorang Pengaran yang berwajah tampan.
"Kurang ajar ! Pantas saja ia betah tinggal di goa ini. Kiranya sedang pacaran dengan seorang pangeran." kata si sulung-kakak pertama.
Kakak kedua berkata,"Aku tidak suka si Bungsu hidup bersama pangeran itu. Ayo kita cari cara untuk mencelakakannya"'
Kedua gadis itu berunding mengatur siasat. Mereka melihat kulit ular didepan pintu goa.
"Kita bakar saja kulit ular itu, pasti nantinya sang Pangeran akan marah, malah bisa-bisa si Bungsu di bunuhnya." kata si Sulung.
Rencana dijalankan. saat itu si Bungsu dan pangeran jauh berada di dalam goa, sementara si Sulung dan kakak kedua mengambil kulit ular dan membakarnya di depan pintu goa. Habis itu mereka berlari pulang.
Tapi kejadiannya tak seperti yang di harapkan kedua gadis itu. Setelah pangeran tahu bahwa kulit ularnya dibakar, ia malah berlari dan memeluk si Bungsu.
"Ada apa Kanda?"
"lstriku.....sihir dari pamanku yang jahat itu musnah jika ada orang yang mau membakar kulit ularku dengan senang hati." jawab Pangeran.
Kebahagiaan menyelimuti si Bungsu dan Pangeran. Pangeran Alamsyah kemudian memboyong si Bungsu ke istana. Pamannya yang telah berbuat jahat di hukum dan disusir dari istana.
Si Bungsu yang baik hati mengajak ibu dan kedua kakaknya ke istana. Kedua kakaknya merasa bersalah dan malu, mereka memilih tetap tinggal di gubuk tua.
Demikian Cerita Rakyat Bengkulu : Ular N'Daung dan Putri Baik Hati ini. Semoga setelah membaca kisah ini sobat bisa mengambil hikmah terlebih bisa mengutip nilai-nilai kebaikan yang terselip dalam alur ceritanya. Simak kisah atau cerita rakyat dari daerah lainnya. Baca Juga : Cerita Rakyat Jambi - Legenda Asal Mula Negeri Lempur.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar